Menara Eifel Maskot Kota Paris di Perancis (Ikang Fawzi & Marissa Haque)

Menara Eifel Maskot Kota Paris di Perancis (Ikang Fawzi & Marissa Haque)
Ikang Fawzi & Marissa Haque: Kami Sedang Menabung untuk Kembali Merayakan Cinta di Paris, Perancis (25 Tahun Pernikahan Sejak 3-7-1986)

Ikang Fawzi & Marissa Haque, Sept 1986 di Paris, Perancis

Ikang Fawzi & Marissa Haque, Sept 1986 di Paris, Perancis
Bulan Madu Pernikahan Siri Kami, Ikang Fawzi & Marissa Haque, Sept 1986 di Paris, Perancis

Lagu Michelle Ma Belle Diplesetkan Ikang Fawzi jadi Marissa Ma Belle

Lagu Michelle Ma Belle Diplesetkan Ikang Fawzi jadi Marissa Ma Belle
Lagu Michelle Ma Belle Diplesetkan Ikang Fawzi jadi Marissa Ma Belle

Dilukis Berdua di Mon Martre, Perancis, 1986, Ikang Fawzi & Marissa Haque, Paris

Dilukis Berdua di Mon Martre,  Perancis, 1986, Ikang Fawzi & Marissa Haque, Paris
Dilukis Berdua di Mon Martre, Perancis, 1986, Ikang Fawzi & Marissa Haque, Paris

Carla Bruni - Quelqu'un m'a dit adalah Favorit Marissa Haque Fawzi

Carla Bruni - Quelqu'un m'a dit adalah Favorit Marissa Haque Fawzi

Membawa ke Perancis, 1986, Ikang Fawzi & Marissa Haque, Hasil dari Kesuksesan Album "Preman"

Membawa ke Perancis, 1986, Ikang Fawzi & Marissa Haque, Hasil dari Kesuksesan Album "Preman"
Membawa ke Perancis, 1986, Ikang Fawzi & Marissa Haque, Hasil dari Kesuksesan Album "Preman", Produksi Jackson Record

Lagu Michelle Ma Belle Diplesetkan Ikang Fawzi jadi Marissa Ma Belle: Marissa Haque

Lagu Michelle Ma Belle Diplesetkan Ikang Fawzi jadi Marissa Ma Belle: Marissa Haque
Lagu Michelle Ma Belle Diplesetkan Ikang Fawzi jadi Marissa Ma Belle: Marissa Haque

Lagu Michelle Ma Belle Diplesetkan Ikang Fawzi jadi Marissa Ma Belle: Marissa Haque

Lagu Michelle Ma Belle Diplesetkan Ikang Fawzi jadi Marissa Ma Belle: Marissa Haque
Lagu Michelle Ma Belle Diplesetkan Ikang Fawzi jadi Marissa Ma Belle: Marissa Haque

Paris, Perancis, dan Rencana Celebrate utk Anniversary 25 Tahun: Marissa Haque & Ikang Fawzi

Paris, Perancis, dan Rencana Celebrate utk Anniversary 25 Tahun: Marissa Haque & Ikang Fawzi
Paris, Perancis, dan Rencana Celebrate utk Anniversary 25 Tahun: Marissa Haque & Ikang Fawzi

Daya Tarik si Leher Jenjang ala Perancis Marissa Haque

Daya Tarik si Leher Jenjang ala Perancis Marissa Haque
Menurun ke Chikita Fawzi Putri ke 2, Daya Tarik si Leher Jenjang ala Perancis Marissa Haque

Senin, 05 September 2011

Belajar Bahasa Perancis, Segera Marissa!


Clip de Carla Bruni "Quelqu'un m'a dit" extrait de l'album du même nom

http://youtu.be/XvyMG0z0FZY

Domage ce un. Heureusement que tout est censé aux yeux de l'intelligence. Elle assemble toutes les phrases qui sont une logique allant dans l'unique et vaste BON sens.

Rabu, 17 Agustus 2011

Kehidupan Silaturahim Kami dalam Jumpa Keluarga Besar Christian Gonzales: Marissa Haque & Ikang Fawzi


Liputan6.com, Jakarta:
Sumber (1):  http://tv.liputan6.com/main/read/8/1061798/0/ketika-para-selebritis-saling-mengagumi

Sumber (2):  http://id.berita.yahoo.com/foto/ketika-p…
13th Agustus 2011, posted in My Family Story

ikang-fawzi-gonzales-marissa-haque-eva-siregar-golzales-isabela-fawzi
Diam-diam istri pesepakbola nasional Christian Gonzales, Eva Gonzales, mengagumi pasangan artis senior Ikang Fawzi dan Marissa Haque. Eva pun mengundang artis idolanya itu untuk menghadiri acara ulang tahun putri pertamanya, Amanda Gonzales, yang ke-17. Eva mengaku tidak menyangka jika pasangan yang kini lebih aktif bergelut di dunia politik itu mau hadir di pesta ulang tahun anaknya.

“Ini idola saya sama suami saya. Ini bener-bener reunian dari saya kecil mereka bener-bener udah di langit. Jadi mana mungkin kenal sama saya,” puji Eva Gonzales kepada pasangan yang kini masih tampak mesra, seperti ditayangkan Status Selebritis di SCTV, Sabtu (13/8).

Ternyata, Ikang dan Marissa juga nge-fans dengan perfoma Christian Gonzales di lapangan. Baik Ikang maupun Marissa pun ikut memuji idolanya itu. “Kita tuh seneng banget sama Christian Gonzales apalagi waktu kemaren membela Indonesia. Di saat Indonesia tengah lesuh, Gonzales mampu mengangkat kembali nama timnas Indonesia,” puji pria yang bernama lengkap Ahmad Zulfikar Fawzi.(APY/ANS)

“Keluarga Gonzales Timnas yang Sangat Ramah: Marissa Haque & Ikang Fawzi”

Sumber:http://chikitafawzi.blogdetik.com/2011/08/13/keluarga-gonzales-timnas-yang-sangat-ramah-marissa-haque-ikang-fawzi/

Kehidupan Silaturahim Kami dalam Jumpa Keluarga Besar Christian Gonzales: Marissa Haque & Ikang Fawzi

Selasa, 16 Agustus 2011

"Marissa Haque & Ikang Fawzi: Upaya Membuat Nyaman Hati Pasangan"


Disaat kita memberi sesungguhnya karena kita sudah banyak menerima!

Kuncinya semua kembali kepada pasangan kita. Sejauh mana pasangan suami atau istri dapat saling mendukung satu dengan lainnya, sehingga mampu selalu membuat nyaman hati pasangannya.


cinta_kami_selamanya_sampai_mati-ikang-fawzi-dan-marissa-haque-1Pasangan suami istri sejati, akan berada dalam irama harmoni untuk saling memahami serta  selalu mendukung. Intinya adalah, komunikasi produktif di antara keduanya dalam perkawinan. Cirinya adalah ketika mata hati serasa selalu terkait satu dengan lainnya. Seperti itu sejujurnya yang kami rasakan selama 25 tahun masa pernikahan kami.

Kami berdua--Ikang Fawzi dan Marissa Haque--memang bukanlah pasangan yang luar biasa sempurna. Namun kami bertekad agar kesepakatan yang kami buat sejak awal dapat kami wujudkan dalam kenyataan sejarah pernikahan kami, yaitu: "... untuk selalu satu suami dan satu istri sampai mati."

Insya Allah... sejujurnya demikian, dan selamanya demikian. Sampai ajal menjemput kami, karena setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati...

May Allah always bless our marriage... amiiin...

Catatan: Avatar Blog Ini dari iklan Oil of Olay

Sumber: http://ikangdanmarissa.blogdetik.com/


"Marissa Haque & Ikang Fawzi: Upaya Membuat Nyaman Hati Pasangan"

Minggu, 14 Agustus 2011

Senin, 11 Juli 2011

Tiga Ipar Berbahasa Perancis Haque Bersatu dalam BIL Project (the Brother in Law)

Ikang Fawzi is Back!


YA, rocker matang era-80an itu rupanya gatal berteriak dan berjingkrak seperti pada masa kejayaaanya dulu. Suami aktris senior Marissa Haque itu memutuskan untuk kembali eksis di industri musik Tanah Air.

Ikang-Fawzi-Anggie-BI"Main musik itu suatu berkah untuk orang lain, makanya saya pun merasa bersalah kalau enggak bisa menghasilkan sebuah karya lagi, jadi saya putuskan untuk aktif (menyanyi) lagi," bilang Ikang saat menggelar konser "Go Clean" di Gedung Bentara Budaya, Palmerah, Jakarta Barat, baru-baru ini.

Akan tetapi, rocker yang identik dengan lagu Preman itu tak kembali ke panggung musik dengan bersolo karier. Kali ini, dia turut mengajak saudara-saudara iparnya, yakni Ekki Soekarno (suami Soraya Haque) dan Gilang Ramadhan (suami Shahnaz Haque) membentuk sebuah band bernama Brother In Law (BIL) Project.

Konsep untuk membentuk band dengan saudara ipar sudah lama direncanakan pria berusia 51 tahun ini. Namun, baru tahun ini pelantun soundtrack film legendaris Catatan Si Boy itu berhasil mengajak mereka mengeluarkan sebuah album.

"Kita udah dari 10 tahun lalu ngeband bareng, tapi baru bisa bikin album ya sekarang. Karena memang semakin tua kesibukan bukannya makin berkurang, malah bertambah. Jadinya agak susah untuk bisa ketemu setiap hari di studio," beber Ikang.

Bersama Ekki dan Gilang di BIL Project, Ikang berhasil merilis singel berjudul Hancur Hatiku. Melalui lagu tersebut, Ikang kembali menyuguhkan nuansa musik rock ala tahun 1980-an.

"Tiga Ipar Berbahasa Perancis Haque Bersatu dalam BIL Project (the Brother in Law)"

Jumat, 10 Juni 2011

Orang Perancis Suka Bicara & Menulis Katanya: Marissa Haque Fawzi

Baru kusadari beberapa hari terakhir ini ketika seorang teman yang dekat di hatiku dari FH UGM mengirimiku sms yang berbunyi: "Mbak Icha sayang...kelihatannya para alumni dari Unika Atmajaya Jakarta itu punya ciri yang sama deh yaitu suka menulis!"

Hhmmm...iya juga ya?


Namun saya menyukai dunia tulis-menulis jauh sebelum menapaki kaki mengambil S2 ku yang pertama di kampus tersebut. Tapi....memang, setelah gabung dalam pembelajaran di kampus tersebut, kemampuan dan kesenanganku menulis menjadi semakin terasah. Khususnya karena Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan di sini terkenal salah satu yang terbaik di Indonesia, sayapun mengambil S2 dari jurusan LTBI singkatan dari Linguistik Terapan Bahasa Inggris.

Tak hanya diriku Dari LTBI, ternyata adik kelasku dari FE (Fakultas Ekonomi) bernama Angelina Sondakh jua sangat produksitf sekarang dalam dunia penulisa buku. Memang banyak yang memcingkan mata ketika tulisannya melulu soal keluarga dan dirinya. Tapi saya pikir mereka yang sinis itu hanya iri kepada Angie yang cerdas serta produktif!

Iri sebenarnya hanyalah pertanda dari tak mampu...hehe... Jadi, kalau mereka iri jawabannya sebenarnya hanya satu yaitu "menulis juga dong!" Beradu karya melalui budaya menulis pasti akan positif. Daya nalar serta kreasi sportif pasti akan mengemuka, dan dampaknya akan menepis hal negatif lainnya. Sehingga tanpa ragu-ragu saya berani mengajak anda semua untuk bergabung bersama dalam dunia positif yang saya sekeluarga sukai, yaitu: "Ayo Memulis!"


Dalam: "Budaya Menulis Alumni Unika Atmajaya Jakarta: Marissa Haque Fawzi"

Minggu, 05 Juni 2011

Charlotte Louise Poittier, Berdarah Perancis-Belanda Oma Kami Tercinta (Seorang Mualaf asal Chatolic Nun): Marissa Haque Fawzi

Tadi pagi di hari Minggu santai seperti hari ini saya dan suami membereskan gudang penympanan barang-barang tua kami... Eh, ndak sengaja... subhanallah ketemu Foto Oma Lotte (Charlotte LOuis Poittier) saat Remaja di Belanda, sehingga ndak ada orang manapun juga yang bisa memfitnah lagi dengan mengatakan saya Marissa Haque dan kedua adikku Shahnaz dan Soraya adalah keturunan Yahudi--with all my respects to masyarakat keturunan Yahudi di Indonesia ya? Nyuwun sewuuuu...
oma-kami-tercinta-seorang-mualaf-asal-chatolic-nun-charlotte-louise-poittier-berdarah-belanda-perancisjpeg
Oma Lotte...I miss you...we're gonna meet one day...

marissa-haque-perempuannya-ayah-ikang-fawzi-kujpeg


Jumat, 03 Juni 2011

"Indonesia’s Cinematic Art Stumble and Surge: Marissa Haque Fawzi"

 
World Paper, New York, USA
June, 2001

 By. Marissa Haque Fawzi, An Indonesia Actress, is in Residence at Ohio University 
Indonesia as a country among many countries in the world, cannot escape of the effect of globalization. More specially, the Indonesia film industry is influenced and shaped by the cultures and trends of many other nations.

Among many countries in the world, cannot escape of the effect of globalization. More specially, the Indonesia film industry is influenced and shaped by the cultures and trends of many other nations. This assimilation necessary and positive for progress and increased quality as long as an individual maintains his/ her own touch, so to speak. This process is guaranteed by the fact that our world grows smaller everyday and the boundaries that once existed are no more.The father of Indonesia film, Mr. Haji Usmar Ismail, was the first Indonesia artist to graduate from the School of Film at the University of California Los Angles as early as the 1940s. Generations to follow in the 1970’s were strongly predisposed to Russian production style and technique with Indonesian graduate from Moscow University such as Syumandjaja and Amy Priono. Many artists to follow, Producers and Directors are products of Indonesia education and training. Their work, also distinguished, is colored by local wit and wisdom. A result of their efforts has been “Edutainment” or educational entertainment for the Indonesian citizen. The only trouble with this is seen in the extremely small ratio of these artists in relation to the population of Indonesia, which far exceeds 200 million. 

If the love of money is the root of all evil it has also been the demise of the film industry in Indonesia. Many Directors viewed the production of movies as a monetary printing press. The typical Indonesian film left nothing for the viewing public; there was no moral message and no real meaning. By the end of 1980s the film industry has stagnated and come to screeching halt. The Indonesia government further stifled the industry’s creativity and quality, and the differences from one film to the next became almost impossible to discern. It was a frustrating time for the movie-going public and even exasperating for those production teams that sought to create. In 1990s gave us Garin Nugroho. 

As a young man, he graduated from University of Indonesia with a degree in Law and attended Indonesia’s Institut Kesenian Jakarta (Indonesian Art Institute). Garin Nugroho was determined to create new standard, and in the mid-1990s he began work. Nugroho presented an Eastern European style of production. Many Indonesian viewers did not understand this style of production and found the storylines difficult to follow, but his works have been honored (and have placed) at almost every international film festivals in which those have appeared. Toward the end of 1999, a group of young Indonesian film graduates that, to date, do not wish to be identified with other movie production teams, came together to produce. They represent the new techno generation, seeking something new and different from all who came before them, and it is known to Indonesians today as the movie Kuldesak. 

This independent production team used a grassroots style marketing strategy throughout production. The film smacks of Quentin Tarantino. The theme song from thia movie was also honored by MTV at the MTV awards 2000 in New York. The year 2000 was phenomenon for Rivai Riza (Film Director), Mira Lesmana and Triawan Munaf (Co Producers) with their award-winning production Petualangan Sherina or the Adventures of Sherina. The British honored this production with the presentation of the British Chavening Award Scholarship to Riza. This is only logical because Riza finished his Master of Arts in screenwriting at a British Institution in 1999. Riza ia rich with British style. What do we see in the future of the Indonesian film industry? What style do we hope will prevail? There are so many possibilities, but that which cannot be denied and is clear to even those who would close their eyes is that American films are shown on every channel of Indonesian television and fill Indonesian theatres. 

In this lies an undeniable answer. We are also aware that American film is a collection of assimilations from across the world. Thus we come full circle of globalization and interdependent world in which we live. We will, each and every one of us, learn from all of those around us without exception, if we hope to progress. This is a continual process that will go on for as long as we breathe.



Jumat, 27 Mei 2011

Anggun C. Sasmi Masih Tetap Rendah Hati (Walau Lama Tinggal di Paris-Perancis)

27 May 2011 




Masih ingat band Testament atau Anthrax?” tanya saya pada Anggun C. Sasmi di pool side hotel Mandarin sore kemarin.

“Masih dong!” jawabnya sambil melebarkan senyum

Begitulah kalimat pembuka saya pada Anggun. Berharap pertanyaan itu berhasil mengenang perjumpaan saya dengannya beberapa puluh tahun lalu. Saya yakin, Anggun pasti tak ingat saya. Tentu hal tersebut saya bisa maklumi, karena ia sudah milik dunia dan ribuan orang –termasuk wartawan- sudah pernah bercakap-cakap dengannya. Namun buat saya, pertanyaan tersebut membuat kami akrab kembali seperti dahulu kala. 

Testament dan Anthrax yang menjadi awal pembuka percakapan saya dengan Anggun tak lain adalah dua band favorit perempuan kelahiran Jakarta, 29 April 1974 ini. Kebetulan pula, dahulu menjadi band favorit saya. 

Sekadar info, Testament itu adalah band trash metal dari Amerika yang dibentuk di Berkeley, California tahun 1983. Personilnya Eric Peterson (gitar), Derrick Ramirez (vokalis), Greg Chritian (basist), dan Mike Ronchette (drummer). Album Testament yang sempat saya bahas dengan Anggun adalah Legacy. Sementara Anthrax juga merupakan band thrash metal dari New York, Amerika Serikat. Mereka disebut sebagai salah satu dari “empat besar” thrash metal bersama dengan Metallica, Slayer, dan Megadeth

Bertemu dengan perempuan satu ini memang seperti mengingatkan beberapa puluh tahun lalu, ketika saya pertama kali bekerja sebagai reporter majalah remaja HAI. Alkisah, saat itu saya ditugasi oleh Redaksi Pelaksana (Redpel) untuk menginterview perempuan yang tahun 90-an dikenal sebagai ladies rocker.
1306475159636711736

Anggun Cipta Sasmi, begitulah nama panjang perempuan asal Indonesia yang saat ini memiliki kewarganegaraan Perancis ini. Ia adalah putri dari Darto Singo, seorang seniman Indonesia dan Dien Herdina, seorang perempuan yang masih kerabat Keraton Yogyakarta. Saya beruntung sekali mendapat tugas menginterview Anggun saat menjadi Reporter. Pasalnya, saya tak pernah tahu jika kelak ia menjadi salah satu penyanyi Indonesia yang berhasil menembus dunia internasional.

Anggun mengawali karier lewat penampilannya di panggung Ancol. Saat itu usianya masih 7 tahun. Dua tahun kemudian ia rekaman album anak-anak. Di bawah bimbingan musisi rock handal, Ian Antono, Anggun memulai debutnya lewat album Dunia Aku Punya (1986). Di usianya yang relatif muda, ia telah berhasil menggapai puncak popularitasnya sebagai penyanyi rock di Indonesia, Hal tersebut terbukti dengan meraih penghargaan “Artis Indonesia Terpopuler 1990-1991″. Salah satu lagunya menjadi lagu legenda…

Melambung jauh terbang tinggi bersama mimpi
Terlelap dalam, lautan emosi
Setelah aku sadar diri kau t’lah jauh pergi
Tiggalkan mimpi yang tiada bertepi

Pada tahun 1994, Anggun memutuskan untuk meninggalkan Indonesia dan mewujudkan impiannya menjadi artis bertaraf internasional. Dengan bantuan Erick Benzi, seorang komposer besar Perancis, pada 24 Juni 1997, Anggun berhasil merilis album internasional pertamanya: Au nom de la lune yang dirilis ke pasaran Perancis

Singel pertama Anggun di album tersebut, La neige au Sahara, ternyata disukai oleh peminat musik, mulai dari Perancis hingga Belgia, Swiss dan Kanada. Singel ini tercatat sebagai lagu yang paling sering diputar di radio-radio Perancis tahun 1997 dan menjadi salah satu Hit Summer ‘97. Album Au nom de la lune yang memuat elemen world music plus instrumen tradisional Indonesia (tambur, seruling, kemiri) ini berhasil terjual lebih dari 150.000 kopi di Perancis dan Belgia. Kesuksesan tersebut membuat Anggun dikenal sebagai seorang artis berbangsa Indonesia pertama yang sejajar dengan artis-artis Perancis.
Setahun berikutnya, Anggun meluncurkan versi bahasa Inggris dari album pertamanya lewat Epic Records. Judulnya Snow on the Sahara. Album ini dirilis resmi di lebih dari 33 negara di Eropa, Asia, dan Amerika. Seperti juga sebelumnya, album ini meraih kesuksesan dengan penjualan yangmencapai lebih dari satu juta keping., menjadikan Anggun sebagai penyanyi Asia terlaris di luar Asia. Singel Snow on the Sahara itu sendiri menjadi hit dan mencapai posisi puncak di 15 negara, termasuk Italia dan Spanyol. Bahkan pada 1999, singel tersebut duduk di posisi Top 5 pada UK Club Charts di Inggris

Sukses dengan album Snow on the Sahara, Anggun melakukan tour selama sembilan bulan keliling negara Amerika untuk promosi album. Saat promosi album, ia diundang oleh penyanyi Sarah McLachlan untuk tampil di Lilith Fair, sebuah festival musik wanita berkeliling Amerika. Anggun juga tampil di acara New York Sessions at West 54th. Ia menjadi satu-satunya penyanyi Asia yang mendapat kehormatan tampil pada acara Divas Live di Las Vegas

Kemarin (26/5), saya kembali bertemu dengan Anggun. Beruntung sekali saya bisa menggantikan seorang Sutradara yang kebetulan berhalangan akan melakukan shooting Anggun sore itu. Sebagai Sutradara pengganti, saya akhirnya dipertemukan lagi dengan perempuan yang di Indonesia dikenal dengan Mimpi dan Tua-Tua Keladi ini. Memang, beberapa kali Anggun ke Jakarta, tetapi saya tidak pernah memiliki kesempatan untuk bertemu dengannya. Harap maklum, saat ini saya bukan Reporter atau Wartawan. Lebih dari itu, saya pun tidak punya kepentingan untuk bertemu dengannya.

“Waktu interview, kamu pake celana pendek dan kaos oblong,” ujar saya mencoba mengingatkan kenangan itu. “Kita interview di rumah kamu di jalan Tegalan, Matraman. Kamu masih punya rumah di situ?”
“Wah, sudah lama dibogkar,” ujar Anggun.

Saya sangat mengerti, ia kini sudah memiliki management kelas dunia yang jauh lebih profesional dengan jadwal yang sudah ter-schedule dengan padat. Tak heran, waktu shooting kami hanya dibatasi cuma 1 jam. Obrolan saya pun tidak sesantai dahulu kala. Meski begitu, Anggun ternyata masih tetap rendah hati. Ia seperti yang dulu, meski sudah mendapat cap penyanyi kelas dunia.

Lucu Juga! (Berbalas ‘Pantun’ untuk Fitnah di detik.com tentang Keturunan Yahudi *)


"Terimakasih Perancis untuk Bentuk Leher dan Hidungku: Marissa Haque"

Terimakasih Perancis...terimakasih ...

Ya Allah... kelu terasa lidah ini kala seorang sahabat almarhumah Ustadzah Yoyoh Yusroh dari PKS suatu saat di Komisi 8 DPR RI saat lalu mengingatkan kepadaku, sebagai berikut: "... mbak Icha...Hai Ukhti Marissa Haque...pernahkah kamu sadari bahwa bentuk leher jenjangmu itu, serta bentuk cuping hidung mu itu adalah anugerah luar biasa dari Allah Azza wa Jalla melalui nenek Perancis-Belanda-mu kepadamu agar kamu mampu bersyukur. Bahwa semuanya hanyalah titipan-Nya semata, tidak lebih! Serta janganlah kau bersombong oleh karenanya..."
Ya Allah aku ingin selalu bersyukur setiap detik... I love Thee every second...
Allahu Akbar!
Memang ... saya sering diledek oleh oknum tertentu kalau suara saya tak merdu serta tak mampu bernyanyi. Hehe...biarlah... walau sebenarnya, saya memang sangat ingin mampu bernyanyi sebagaimana halnya Ikang Fawzi suamiku, Bella dan Kiki kedua anak-anakku, atau kerabat lain yang dekat di hati.  Namun tentu, tak bisa bernyanyi bukan berarti dunia berhenti berputar! Juga tak lantas membuatku bersedih. Karena bukan rezekiku dan menerima takdir bahwa Allah SWT ternyata memang tidak menitipi bakat bernyanyi untukku. Not a big deal-lah! Namun apapun yang dititipkan-Nya serta yang embeded (melekat) dalam diri ini sselamanya akan menjadi 'penanda' bagi seluruh kehidupanku. Alhamdulillaaaaaah... selalu kusyukuri setiap detiknya dengan sepenuh jiwa raga.
Terimakasih Ya Allah... Terimakasih Perancis Terimakasih Papa dan Mama, terimakasih Opa dan Oma, terimakasih Eyang Kakung dan Eyang Putri... matur nuwun sanget nggih... jazakumullah khoir... mercy beaucoup...

Oma Charlotte...Opa Sirajul... I will see both of you one day.

Papa Allen... I owe you and I miss you so much... terimakasih untuk darah India (Islam), dari Opa Sirajul Haque dan  darah Belanda-Perancis (Katolik cum Mu'alaf Islam) dari Oma Charlotte Louis Poittier yang mengalir melaluimu. Juga darah Jawa-timuran (Madura) dari Mama Mieke. Nama Islam Papa Allen yang tertulis sebagai Misbah Ul Haque sangat indah, dan kata Pak Ustad Rodzi di Malang, Jatim bermakna lampu terang yang menerangi hak! Tak heran Pa...kalau dalam hidup saya selalu ingin menerangi banyak sudut gelap dalam hidup ini. Allahu Akbar!
Luv u full Pa... Ma...


dan

* Yang bukan-bukan saja bagi mereka yang iseng melempar isu tersebut. Patut diduga bahwa mereka kelebihan waktu (mungkin juga  pengangguran), sampai tega mengatakan saya keturunan Yahudi... masya Allah...

Namun saya memaafkan anda! Semoga tulisan mini-ringan ini dapat menerangi anda saudaraku... istighfar segera ya kalau anda seorang Muslim! > (berita didapatlan di: http://forum.detik.com/showthread.php?p=13284413)

Ambassade d'Indonésie en France dalam Keluarga Haque: Marissa Haque & Ikang Fawzi


 Ambassade d'Indonésie en France dapat dicari dalam alamat situs: http://www.amb-indonesie.fr

Sangat menarik ketika mengetahui bahwa ketiga suami kakak-beradik Haque yang terdiri dari: (1) Marissa; (2) Soraya; dan (3) Shahnaz ternyata saat ngerumpikan para istri memakai Bahasa Perancis. Rupanya ketiga personil BIL (Brother in Law) tersebut memiliki pengalaman masa kecil yang mirip, yaitu: (1) pernah tinggal di luar Indonesia; (2) LN nya berbahasa pengantar Perancis; (3) orang tua bekerja sebagai diplomat atau atache militer.

Semisal Ikang Fawzi sebagai menantu pertama keluarga Haque bertempat tinggal dan sekolah di kota Brussels, Belgium, lalu Ekki Soekarno menantu kedua yang ayahnya seorang Jendral Angkatan Darat (sebagai Atache Militer) bertempat tinggal dan sekolah di kota Aljae, ALjazair, dan menantu terakhir alias ketiga bertempat tinggal dan sekolah di kotaParis, Perancis.

Sementara ketiga dara Haque, wsekalipun memiliki darah Perancis dari jalur Ayahnya--sang neenk yang mantan biarawati Katolik dari Bourdeaux, Perancis bernama Charlotte Louis Poittier--tidak lancar atau bahkan tidak bisa berbahasa Perancis. Sayang memang... Namun Marissa Haque dan Isabella Fawzi putri sulungnya berencana serius tahun ini memulai kursus berbahasa Perancis dasar di CCF, Kebayoran Baru, Jaksel...

Serba Info dari Perancis: dalam Marissa Haque & Ikang Fawzi

 
Pembangunan yang berkelanjutan

Agence de l environnement et de la maîtrise de l énergie (ADEME)
 
Agriculteurs français et développement international (AFDI)
 
Association française des volontaires du progrès (AFVP)
 
Bureau du Développement des Productions Agricoles (BDPA)
 
BCEOM Société française d ingénierie
 
Centre de coopération internationale en recherche agronomique pour le développement (CIRAD)
 
Centre international de coopération pour le développement agricole (CICDA)
 
Centre national d études agronomiques des régions chaudes (CNEARC)
 
Développement des Agros-Industries du Sud (DAGRIS)
 
Groupe de recherches et d échanges technologiques (GRET)
 
Institut de recherches pour le développement (IRD)
 
Institut des sciences et des techniques de l équipemement et de l environnement pour le développement (ISTED)
 
Institut français de recherche pour l exploitation de la mer (IFREMER)
 
Institut géographique national (IGN)
 
Institut national de la recherche agronomique (INRA)
 
Inter-Réseaux
 
Office international de l éau
 
Vétérinaires sans frontières
 
 
Ekonomi dan keuangan

Centre des études financières, économiques et bancaires (CEFEB)
 
Développement et insertion internationale (DIAL)
 
Fondation nationale pour l enseignement de la gestion en entreprise (FNEGE)
 
GIP ADETEF (Assistance au développement des échanges en technologies économiques et financières)
 
 
Kebudayaan

Ministère de la culture
 
Association pour la diffusion de la pensée française (ADPF)
 
Association française d action artistique (AFAA)
 
Bureau international de l édition française (BIEF)
bief.org
 
Bureau Export de la musique française
 
Centre national de la cinématographie (CNC)
 
Centre national des arts plastiques (CNAP)
 
Centre national du livre
 
Cinémathèque française
 
Cité internationale des arts
 
Europa Cinémas
 
Francophonie diffusion
 
Institut du Monde Arabe (IMA)
 
Institut national d histoire de l art
 
Maison des cultures du monde
 
Relais Culture Europe
 
Société des auteurs, compositeurs, éditeurs de musique (SACEM)
 
Syndicat national de l édition phonographique (SNEP)
 
Unifrance Film international
 
Formation artistiques et culturelles en France destiné aux professionnels étrangers
 
 
Media

Association française de nommage internet en coopération (AFNIC)
 
ARTE
 
Canal France International (CFI)
 
Centre de formation et de perfectionnement des journalistes (CFPJ)
 
Ecole supérieure de journalisme de Lille
 
France Télévisions
 
Institut national de l audiovisuel (INA)
 
Radio France International (RFI)
 
TV France international (TVFI)
 
TV5
 
 

Promosi Bahasa Prancis dan Frankofoni: dalam Marissa Haque & Ikang Fawzi


Agence intergouvernementale de la Francophonie (AIF)
Alliance française
www.alliancefr.org
Fédération internationale des professeurs de français (FIPF)
 

Ilmu Diplomasi ‘Sederhana’ yang Dipulung Icha pada 1987 Lalu: Ikang Fawzi

Diplomasi adalah Ilmu Sejenis Akar Rumput tak Bergoyang walau Tertiup Angin: 

Marissa Haque Fawzi


Diplomasi adalah Ilmu Sejenis Akar Rumput tak Bergoyang walau Tertiup Angin. Kurang lebih mungkin itulah substansi yang dapat kupetik dari ‘memulung’ ilmu diplomasi dari almarhum Ayah Mertuaku YM. Dato’ Fawzi Abdulrani asal Sulawesi Barat (Sulbar sekarang dulu Sulsel)–Bugis-Mandar–yang seorang diplomat senior alumni dari SESDILU (Sekolah Dinas Luar Negri) itu saat baru menikah dengan Ikang Fawzi. Walau sesungguhnya makna dari Ilmu Diplomasi jauh lebih dalam dari yang sempat kuserap pada tahun 1987 lalu dari Ayah Mertuaku terkasih.

green-marissa-haque-fawzi

Tiga Menantu Haque yang Selalu Berbahasa Perancis: Marissa Haque Fawzi


Jum’at, 04 Maret 2011 17:15 wib

Sumber: http://kampus.okezone.com/read/2011/03/0…

SURABAYA- Kondisi pelajaran musik di sekolah dasar hingga menengah atas kian memprihatinkan. Bahkan pola-pola pembelajaran terkesan monoton sehingga siswa tidak memahami musik secara pasti. Pelajaran musik di Indonesia hanya sebatas teori saja.

Hal itu disampaikan Ketua Music Teacher Association of Indonesia (MTAoI) Ivon Maria Pek Pien. “Pelajaran musik di Indonesia sangat jauh tertinggal dibanding luar negeri.

Oleh karena itu, melalui MTAoI ini akan diperjuangkan agar terwujudnya kurikulum musik skala nasional,” kata Ivon di sela-sela acara Open Piano Competition The 11th Galaxy International di Hotel JW Marriot, Jalan Embong Malang, Surabaya, Jum’at (4/3/2011).

Dia menambahkan, di Indonesia, sekolah musik selalu dicampurkan dengan sekolah umum. Beberapa siswa selalu dibebani dengan pelajaran musik yang hanya teori saja. MTAoI berencana menggulirkan kurikulum bagi perkembangan musik di Indonesia, yakni bagaimana menanamkan musik secara benar sejak dini. Kemudian, ketika siswa beranjak dewasa dapat menerapkan musik tanpa harus les privat lagi.

Ivon mengkritik, Indonesia tidak memiliki konservatorium, sebuah wadah untuk mencari bakat-bakat musisi. Di luar negeri, seperti di New York dan Eropa, konservatorium ini sudah melembaga. “Kabarnya sih akan ada pembangunan konservatorium di Indonesia. Sayangnya yang mendanai bukan pemerintah Indonesia, melainkan pemerintah Belanda bekerja sama dengan kampus Widya Mandala Surabaya,” ungkapnya. (rfa)(rhs)

Buah Bakat Kreatifitas dari Perancis: Ikang Fawzi Dinobatkan Sebagai Ambasador Kebun Raya

Bogor (ANTARA News) - Rocker Indonesia era 90 an Ikang Fawzi dinobatkan sebagai ambasador Kebun Raya, oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Senin.

Penobatan dilakukan karena selama ini suami artis cantik Marissa Haque tersebut telah menjadi sahabat kebun raya dan prinsip hidupnya yang sangat mencintai lingkungan menjadikannya duta kebun raya.

Peran Ikang dalam menjaga kelestarian alam, terlihat dari pola hidupnya. Dimana rumahnya memiliki banyak pohon dan sudah menerapkan pola keseimbangan alam kepaa anak-anaknya.

"Saya orang yang sangat mencintai keluarga, saya ingin mesa depan anak dan cucu saya kelak dapat hidup sehat dengan lingkungan yang sehat pula. Sejak dini saya mengajarkan kepada anak-anak saya untuk menjaga keseimbangan alam, dengan mencintai tumbuh-tumbuhan dan kelestarian lingkungan," ujarnya kepada ANTARA di Bogor, Senin

Ikang dinobatkan sebagai duta kebun raya oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ditandai dengan penyematan pin duta kebun raya oleh kepala LIPI Prof. Dr. Umar Anggara Z, disaksikan oleh wakil menteri PU Ahmad Hermantor Dardar, kepala Kebun Raya Bogor, Said Sinaga, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) LIPI Prof. Dr. Endang Sukara, dan Marissa Haque.

Umar Anggara menyatakan dukungannya atas tugas yang kini dijabat oleh rocker Indonesia tersebut.

"Kita berharap dengan dijadikannya mas Ikang Fauzi sebagai duta kebun raya, dapat mensosialisasikan dan mengembangkian kebun raya ke tengah masyarakat. Peran beliau sangat penting untuk keberadaan kebun raya agar tetap dikenal masyarakat luas," ujarnya.

Ikang menyatakan tugasnya sebagai duta adalah mengajar masyarakat untuk menjaga kelestarian alam, memperkenalkan kekayaan fauna yang dimiliki Indonesia kepada masyarakat.

"Yang terpenting adalah mengajak masyarakat untuk menjaga kelestarian alam. Dengan alam yang seimbang kehidupan manusia akan berjalan selama puluhan tahun. Kita akan merencanakan program-program pengenalan bagaimana agar kebun raya dapat dikenal masyarakat luas," terangnya.

Penobatan tersebut berlangsung dalam acara diskusi desain Master Plan Kebun Raya Solok, Kebun Raya Minahasa dan Kebun Raya Kendari bertempat di gedung konservasi Kebun Raya Bogor.


Sumber: ANTARA News (Senin, 25 Januari 2010 16:48 WIB)

O Paris J'et Aime: Ikang Fawzi & Marissa Haque

The Circle of  Our Love

paris-tour-eiffelikang-fawzi-marissa-haque-isabella-fawzi-chikita-fawzi-ekki-soekarno-gilang-ramadhan-shahnaz-haque-soraya-haque

Menara Eifie di Paris, Perancis adalah Salah Satu Kenangan Mesra Kami

Yah...dan kami memang sedang menabung agar setelah pulang dari Umroh pada tahun ini--entah di bulan apa--kami berempat (dan biasanya ditambah sama Menik aspriku hampir 17 tahun) ingin kembali menginjakkan kaki di kota teromantis dunia itu.

O Paris...j'et aime...

paris-perancis-dan-rencana-celebrate-utk-anniversary-25-tahun-ikang-marissa-di-film-yang-kukuh-dan-yang-runtuh

Marissa Haque Mengikuti Jejak Aktris Widyawati Ikaln Lux Paris: Rudy Mulyadi

Marissa Haque & Widyawati Sophiaan

 
 
Nama:
Marissa Grace Haque

Lahir:
Balikpapan, 15 Oktober 1962

Suami:
Ikang Fawzi

Menikah:
12 April 1987

Pendidikan:
Sarjana Hukum, Universitas Trisakti
Studi Kajian Film dan Televisi Internasional, Ohio University, Amerika Serikat

Prestasi:
Aktris Pembantu terbaik FFI 1985 (Tinggal Landas Buat Kekasih, 1984)
Nominasi Aktris Terbaik FFI 1985 (Serpihan Mutiara Retak, 1985)
Aktris Terbaik pada Festival Film Asia Pasifik 1987 (Matahari Matahari, 1985)

Filmografi:
Kembang Semusim (1980)
Bawalah Aku Pergi
IQ Jongkok (1981)
Hukum Karma (1982)
Tangkuban Perahu (1983)
Kamp Tahanan Wanita (1983)
Merindukan Kasih Sayang (1984)
Asmara Dibalik Pintu (1984)
Gawang Gawat (1984)
Saat-Saat Kau Berbaring Didadaku (1984)
Tinggal Landas Buat Kekasih (1984)
Serpihan Mutiara Retak (1985)
Matahari Matahari (1985)
Sebening Kaca (1985)
Yang Kukuh Yang Runtuh (1985)
Biarkan Bulan Itu (1986)
Dia Bukan Bayiku (1988)
Sepondok Dua cinta (1990)
Yang tercinta (1991)
Sinetron:
Tetanggaku Idolaku (1993)
Salah Asuhan (1993)
Jendela KIta (1994)
Masih Ada Kapal Ke Padang (1995)
Ujang dan Aceng (1995)
Dibawah Purnama Aku Berdoa (1996)

Iklan:
Lux (1985)
Florence Springbed
Vitacimin
Biovision

Sumber:http://sufinews.com, indonesiaselebriti.com

Jabatan: Anggota DPR RI 2004-2009

Partai: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP)
Propinsi Asal: Jawa Barat
Distrik: Jabar II
Tempat/tanggal Lahir: Balikpapan, 15 Oktober 1962
Agama: Islam
Nama suami: Ahmad Zulfikar Fawzi
Jumlah anak: 2

Pendidikan Formal S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti Jakarta; S2 Study Kajian Film dan Televisi Internasional Ohio University Amerika Serikat
Pengalaman Kerja Aktris; Presenter TV, Producer TV, Sutradara; Teaching Assistant di OHIO University; Produser film dan sinetron a.l. (film) Sepondok Dua Cinta (1990), Yang Tercinta (1991), dan (sinetron) Salah Asuhan (1993) Jakarta; Penyuluh, penggerak masyarakat sosial untuk pendidikan wanita, anak;
Pengalaman Organisasi: DPP REI (Real Estate Indonesia)
Penghargaan: Aktris Pembantu Terbaik FFI 1985 (Tinggal Landas Buat Kekasih, 1984); Nominasi Aktris Terbaik FFI 1985 (Serpihan Mutiara Retak, 1985); Aktris Terbaik pada Festival Film Asia Pasifik 1987 (Matahari Matahari, 1985);
Alamat Rumah: Jl WR Supratman No 9 Rt 05/02, Kel. Rengas, Kec. Ciputat, Tangerang, Banten

Dekat dengan Allah


Marissa Haque, yang tidak pernah pergi jauh dari dunia perfilman, kemudian masuk dalam dunia politik. Dia menjadi anggota legislatif PDI-P dari daerah pemilihan Bandung. Sebelumnya selama tiga tahun dia di Amerika me-nempuh kuliah S2 di Jurusan Film dan Televisi Internasional di Universitas Ohio, AS, sembari bermunajat (mendekatkan diri) kepada Allah swt, mengurus suami dan dua orang putrinya yang mulai remaja, dan mengajar.

Marissa Haque lahir di Balikpapan, 15 Oktober 1962. Nama lengkapnya ada-lah Marissa Grace Haque, ayahnya Allen Haque berda-rah Belanda-Perancis dan beragama Katolik, sedangkan ibunya Nike Suharyah binti Cakraningrat berasal dari Sumenep Madura Jawa Timur dan beragama Islam. Sementara kakeknya berasal dari India dan beragama Islam, dan neneknya keturunan Belanda-Perancis beragama Kristen. Menikah dengan Rocker Ikang Fawzi pada 12 April 1987.

Sedari belia, selain seko-lah sebagai kewajiban utama-nya, Icha demikian ia disapa mengisi waktu luangnya dengan kegiatan menari dan menyanyi dalam sanggar Swara Mahardika pimpinan Guruh Soekarno-putera. Namun rupanya, dunia yang ia selami itu terasa sempit, hingga akhir-nya ia tertarik menjadi model iklan sebuah produk. Sejak saat itulah, wajahnya mulai dikenal oleh banyak orang.

Sutradara M.T. Risyaf kemudian mengajak Marissa main dalam film "Kembang Semusim" (1980). Talentanya yang besar dalam seni peran kemudian membuahkan hasil. Empat tahun kemudi-an, Marissa berhasil meraih Piala Citra sebagai Aktris Pembantu Terbaik di film "Tinggal Landas Buat Kekasih" (1984).

Semenjak itu, bintang Marissa kian bercahaya. Lewat aktingnya dalam film "Matahari Matahari" (1985), ia berhasil meraih penghargaan sebagai Aktris Terbaik pada Festival Film Asia Pasifik 1987. Tak lama kemudian, main bersama suaminya, Ikang Fawzi, dalam film "Biarkan Bulan Itu" (1986), ia dinobatkan sebagai Aktris Terbaik di ajang Festival Film Indonesia.

Tak puas hanya sebagai pemain, ia mulai menjajal kemampuannya sebagai produser. Dari tangan dingin ibu dari dua puteri ini, terlahir film "Sepondok Dua Cinta" (1990) dan "Yang Tercinta" (1991). Semenjak itu, ia mulai tertarik untuk memproduksi sejumlah sine-tron. Salah satu yang berha-sil adalah sinetron "Salah Asuhan" (1993) yang meraih Piala Vidia sebagai mini seri terbaik versi Festival Sinetron Indonesia 1994.
Tidak lama kemudian, Marissa perlahan-lahan mulai mengurangi kegiatannya di dunia perfilman. Ia lebih banyak bermunajat (mendekatkan diri) kepada Allah swt bahkan mengikuti tarekat Naqsabandiyah-Saziliyah.

Puncak kehidupan spiritual Marissa terjadi pada tahun 1993 dan saat itu ia bersama Ikang Fawzi berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Sebagaimana pengalaman ajaib dan misterius dalam berhaji, Marissa juga membuktikan hal itu. Sepanjang proses ibadah haji tersebut ia merasa ada keagungan Allah swt yang membimbing dirinya dan seluruh jamaah haji yang berjubah serba putih untuk berlomba-lomba menuju pada keagungan-Nya.

Sepulang dari haji Marissa terus berusaha dan mencoba istiqomah beribadah dengan berjilbab dan belajar agama. Dan kerinduannya terhadap keagungan Allah swt dan Rasulullah Saw itu kembali diwujudkan melalui ibadah haji pada tahun 1994. Ia percaya bahwa dengan mengikuti ajaran agama seseorang akan dijamin kehidupannya lebih baik, aman dan tenteram.

Dengan berjilbab dan mentaati ajaran agama, ia selalu merasa lebih dekat kepada Allah swt, lebih aman dan terhindar dari pelecehan seksual maupun diskriminasi gender (perbedaan jenis kelamin). Untuk itu, ia ingin mengabdi kepada agama melalui pendidikan, ilmu seni dan budaya yang ia miliki. Sedangkan dalam kehidupan keluarganya Marissa berharap menjadi keluarga yang sakinah, penuh ramat, setia kepada suami, seperti indahnya keluarga Nabi Muhammad Saw. ► mlp

*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)http://sufinews.com, indonesiaselebriti.com


Marissa & Lux
Icha terpilih menjadi bintang Lux pada saat puncak kariernya, saat itu tidak ada yang meragukan eksistensinya sebagai aktris, photo model dan peragawati nomor satu. Bahkan seperti artis lain yang sedang naik daun beliau juga mencoba keberuntungan sebagai penyanyi dengan menelurkan satu album Marissa Haque Band bersama Fariz R.M. Balik lagi ke Lux, selama menjadi bintangnya, wajah cantiknya terpampang pada empat print ad yang beredar di majalah pada 1985 / 1987.






isabella fawzi di ccf jakarta (FIB UI)

isabella fawzi di ccf jakarta (FIB UI)
isabella fawzi di ccf jakarta (FIB UI)

Menara Eifel, Ikang Fawzi dan Marissa Haque, 1986, Paris, Perancis

Menara Eifel,  Ikang Fawzi dan Marissa Haque, 1986, Paris, Perancis
Menara Eifel, Ikang Fawzi dan Marissa Haque, 1986, Paris, Perancis

Neneknya Marissa Haque, (alm) Charlotte Louis Poittier asal Perancis-Belanda, saat Muda

Neneknya Marissa Haque, (alm) Charlotte Louis Poittier asal Perancis-Belanda, saat Muda
Neneknya Marissa Haque, (alm) Charlotte Louis Poittier asal Perancis-Belanda, saat Muda

Masa Kecil Ikang Fawzi bersama Keluarga DEPLU nya di Belgium Berpengantar Bahasa Perancis

Masa Kecil Ikang Fawzi bersama Keluarga DEPLU nya di Belgium Berpengantar Bahasa Perancis
Masa Kecil Ikang Fawzi bersama Keluarga DEPLU nya di Belgium Berpengantar Bahasa Perancis

Ikang Fawzi Peraih Penjualan Terbanyak Album Preman, Mengantarkannya Keliling Eropa bersama Marissa

Ikang Fawzi Peraih Penjualan Terbanyak Album Preman, Mengantarkannya Keliling Eropa bersama Marissa
Ikang Fawzi Peraih Penjualan Terbanyak Album Preman, Mengantarkannya Keliling Eropa bersama Marissa Haque, Jackson Record

Entri Populer