Menara Eifel Maskot Kota Paris di Perancis (Ikang Fawzi & Marissa Haque)

Menara Eifel Maskot Kota Paris di Perancis (Ikang Fawzi & Marissa Haque)
Ikang Fawzi & Marissa Haque: Kami Sedang Menabung untuk Kembali Merayakan Cinta di Paris, Perancis (25 Tahun Pernikahan Sejak 3-7-1986)

Ikang Fawzi & Marissa Haque, Sept 1986 di Paris, Perancis

Ikang Fawzi & Marissa Haque, Sept 1986 di Paris, Perancis
Bulan Madu Pernikahan Siri Kami, Ikang Fawzi & Marissa Haque, Sept 1986 di Paris, Perancis

Lagu Michelle Ma Belle Diplesetkan Ikang Fawzi jadi Marissa Ma Belle

Lagu Michelle Ma Belle Diplesetkan Ikang Fawzi jadi Marissa Ma Belle
Lagu Michelle Ma Belle Diplesetkan Ikang Fawzi jadi Marissa Ma Belle

Dilukis Berdua di Mon Martre, Perancis, 1986, Ikang Fawzi & Marissa Haque, Paris

Dilukis Berdua di Mon Martre,  Perancis, 1986, Ikang Fawzi & Marissa Haque, Paris
Dilukis Berdua di Mon Martre, Perancis, 1986, Ikang Fawzi & Marissa Haque, Paris

Carla Bruni - Quelqu'un m'a dit adalah Favorit Marissa Haque Fawzi

Carla Bruni - Quelqu'un m'a dit adalah Favorit Marissa Haque Fawzi

Membawa ke Perancis, 1986, Ikang Fawzi & Marissa Haque, Hasil dari Kesuksesan Album "Preman"

Membawa ke Perancis, 1986, Ikang Fawzi & Marissa Haque, Hasil dari Kesuksesan Album "Preman"
Membawa ke Perancis, 1986, Ikang Fawzi & Marissa Haque, Hasil dari Kesuksesan Album "Preman", Produksi Jackson Record

Lagu Michelle Ma Belle Diplesetkan Ikang Fawzi jadi Marissa Ma Belle: Marissa Haque

Lagu Michelle Ma Belle Diplesetkan Ikang Fawzi jadi Marissa Ma Belle: Marissa Haque
Lagu Michelle Ma Belle Diplesetkan Ikang Fawzi jadi Marissa Ma Belle: Marissa Haque

Lagu Michelle Ma Belle Diplesetkan Ikang Fawzi jadi Marissa Ma Belle: Marissa Haque

Lagu Michelle Ma Belle Diplesetkan Ikang Fawzi jadi Marissa Ma Belle: Marissa Haque
Lagu Michelle Ma Belle Diplesetkan Ikang Fawzi jadi Marissa Ma Belle: Marissa Haque

Paris, Perancis, dan Rencana Celebrate utk Anniversary 25 Tahun: Marissa Haque & Ikang Fawzi

Paris, Perancis, dan Rencana Celebrate utk Anniversary 25 Tahun: Marissa Haque & Ikang Fawzi
Paris, Perancis, dan Rencana Celebrate utk Anniversary 25 Tahun: Marissa Haque & Ikang Fawzi

Daya Tarik si Leher Jenjang ala Perancis Marissa Haque

Daya Tarik si Leher Jenjang ala Perancis Marissa Haque
Menurun ke Chikita Fawzi Putri ke 2, Daya Tarik si Leher Jenjang ala Perancis Marissa Haque

Jumat, 27 Mei 2011

Anggun C. Sasmi Masih Tetap Rendah Hati (Walau Lama Tinggal di Paris-Perancis)

27 May 2011 




Masih ingat band Testament atau Anthrax?” tanya saya pada Anggun C. Sasmi di pool side hotel Mandarin sore kemarin.

“Masih dong!” jawabnya sambil melebarkan senyum

Begitulah kalimat pembuka saya pada Anggun. Berharap pertanyaan itu berhasil mengenang perjumpaan saya dengannya beberapa puluh tahun lalu. Saya yakin, Anggun pasti tak ingat saya. Tentu hal tersebut saya bisa maklumi, karena ia sudah milik dunia dan ribuan orang –termasuk wartawan- sudah pernah bercakap-cakap dengannya. Namun buat saya, pertanyaan tersebut membuat kami akrab kembali seperti dahulu kala. 

Testament dan Anthrax yang menjadi awal pembuka percakapan saya dengan Anggun tak lain adalah dua band favorit perempuan kelahiran Jakarta, 29 April 1974 ini. Kebetulan pula, dahulu menjadi band favorit saya. 

Sekadar info, Testament itu adalah band trash metal dari Amerika yang dibentuk di Berkeley, California tahun 1983. Personilnya Eric Peterson (gitar), Derrick Ramirez (vokalis), Greg Chritian (basist), dan Mike Ronchette (drummer). Album Testament yang sempat saya bahas dengan Anggun adalah Legacy. Sementara Anthrax juga merupakan band thrash metal dari New York, Amerika Serikat. Mereka disebut sebagai salah satu dari “empat besar” thrash metal bersama dengan Metallica, Slayer, dan Megadeth

Bertemu dengan perempuan satu ini memang seperti mengingatkan beberapa puluh tahun lalu, ketika saya pertama kali bekerja sebagai reporter majalah remaja HAI. Alkisah, saat itu saya ditugasi oleh Redaksi Pelaksana (Redpel) untuk menginterview perempuan yang tahun 90-an dikenal sebagai ladies rocker.
1306475159636711736

Anggun Cipta Sasmi, begitulah nama panjang perempuan asal Indonesia yang saat ini memiliki kewarganegaraan Perancis ini. Ia adalah putri dari Darto Singo, seorang seniman Indonesia dan Dien Herdina, seorang perempuan yang masih kerabat Keraton Yogyakarta. Saya beruntung sekali mendapat tugas menginterview Anggun saat menjadi Reporter. Pasalnya, saya tak pernah tahu jika kelak ia menjadi salah satu penyanyi Indonesia yang berhasil menembus dunia internasional.

Anggun mengawali karier lewat penampilannya di panggung Ancol. Saat itu usianya masih 7 tahun. Dua tahun kemudian ia rekaman album anak-anak. Di bawah bimbingan musisi rock handal, Ian Antono, Anggun memulai debutnya lewat album Dunia Aku Punya (1986). Di usianya yang relatif muda, ia telah berhasil menggapai puncak popularitasnya sebagai penyanyi rock di Indonesia, Hal tersebut terbukti dengan meraih penghargaan “Artis Indonesia Terpopuler 1990-1991″. Salah satu lagunya menjadi lagu legenda…

Melambung jauh terbang tinggi bersama mimpi
Terlelap dalam, lautan emosi
Setelah aku sadar diri kau t’lah jauh pergi
Tiggalkan mimpi yang tiada bertepi

Pada tahun 1994, Anggun memutuskan untuk meninggalkan Indonesia dan mewujudkan impiannya menjadi artis bertaraf internasional. Dengan bantuan Erick Benzi, seorang komposer besar Perancis, pada 24 Juni 1997, Anggun berhasil merilis album internasional pertamanya: Au nom de la lune yang dirilis ke pasaran Perancis

Singel pertama Anggun di album tersebut, La neige au Sahara, ternyata disukai oleh peminat musik, mulai dari Perancis hingga Belgia, Swiss dan Kanada. Singel ini tercatat sebagai lagu yang paling sering diputar di radio-radio Perancis tahun 1997 dan menjadi salah satu Hit Summer ‘97. Album Au nom de la lune yang memuat elemen world music plus instrumen tradisional Indonesia (tambur, seruling, kemiri) ini berhasil terjual lebih dari 150.000 kopi di Perancis dan Belgia. Kesuksesan tersebut membuat Anggun dikenal sebagai seorang artis berbangsa Indonesia pertama yang sejajar dengan artis-artis Perancis.
Setahun berikutnya, Anggun meluncurkan versi bahasa Inggris dari album pertamanya lewat Epic Records. Judulnya Snow on the Sahara. Album ini dirilis resmi di lebih dari 33 negara di Eropa, Asia, dan Amerika. Seperti juga sebelumnya, album ini meraih kesuksesan dengan penjualan yangmencapai lebih dari satu juta keping., menjadikan Anggun sebagai penyanyi Asia terlaris di luar Asia. Singel Snow on the Sahara itu sendiri menjadi hit dan mencapai posisi puncak di 15 negara, termasuk Italia dan Spanyol. Bahkan pada 1999, singel tersebut duduk di posisi Top 5 pada UK Club Charts di Inggris

Sukses dengan album Snow on the Sahara, Anggun melakukan tour selama sembilan bulan keliling negara Amerika untuk promosi album. Saat promosi album, ia diundang oleh penyanyi Sarah McLachlan untuk tampil di Lilith Fair, sebuah festival musik wanita berkeliling Amerika. Anggun juga tampil di acara New York Sessions at West 54th. Ia menjadi satu-satunya penyanyi Asia yang mendapat kehormatan tampil pada acara Divas Live di Las Vegas

Kemarin (26/5), saya kembali bertemu dengan Anggun. Beruntung sekali saya bisa menggantikan seorang Sutradara yang kebetulan berhalangan akan melakukan shooting Anggun sore itu. Sebagai Sutradara pengganti, saya akhirnya dipertemukan lagi dengan perempuan yang di Indonesia dikenal dengan Mimpi dan Tua-Tua Keladi ini. Memang, beberapa kali Anggun ke Jakarta, tetapi saya tidak pernah memiliki kesempatan untuk bertemu dengannya. Harap maklum, saat ini saya bukan Reporter atau Wartawan. Lebih dari itu, saya pun tidak punya kepentingan untuk bertemu dengannya.

“Waktu interview, kamu pake celana pendek dan kaos oblong,” ujar saya mencoba mengingatkan kenangan itu. “Kita interview di rumah kamu di jalan Tegalan, Matraman. Kamu masih punya rumah di situ?”
“Wah, sudah lama dibogkar,” ujar Anggun.

Saya sangat mengerti, ia kini sudah memiliki management kelas dunia yang jauh lebih profesional dengan jadwal yang sudah ter-schedule dengan padat. Tak heran, waktu shooting kami hanya dibatasi cuma 1 jam. Obrolan saya pun tidak sesantai dahulu kala. Meski begitu, Anggun ternyata masih tetap rendah hati. Ia seperti yang dulu, meski sudah mendapat cap penyanyi kelas dunia.

Lucu Juga! (Berbalas ‘Pantun’ untuk Fitnah di detik.com tentang Keturunan Yahudi *)


"Terimakasih Perancis untuk Bentuk Leher dan Hidungku: Marissa Haque"

Terimakasih Perancis...terimakasih ...

Ya Allah... kelu terasa lidah ini kala seorang sahabat almarhumah Ustadzah Yoyoh Yusroh dari PKS suatu saat di Komisi 8 DPR RI saat lalu mengingatkan kepadaku, sebagai berikut: "... mbak Icha...Hai Ukhti Marissa Haque...pernahkah kamu sadari bahwa bentuk leher jenjangmu itu, serta bentuk cuping hidung mu itu adalah anugerah luar biasa dari Allah Azza wa Jalla melalui nenek Perancis-Belanda-mu kepadamu agar kamu mampu bersyukur. Bahwa semuanya hanyalah titipan-Nya semata, tidak lebih! Serta janganlah kau bersombong oleh karenanya..."
Ya Allah aku ingin selalu bersyukur setiap detik... I love Thee every second...
Allahu Akbar!
Memang ... saya sering diledek oleh oknum tertentu kalau suara saya tak merdu serta tak mampu bernyanyi. Hehe...biarlah... walau sebenarnya, saya memang sangat ingin mampu bernyanyi sebagaimana halnya Ikang Fawzi suamiku, Bella dan Kiki kedua anak-anakku, atau kerabat lain yang dekat di hati.  Namun tentu, tak bisa bernyanyi bukan berarti dunia berhenti berputar! Juga tak lantas membuatku bersedih. Karena bukan rezekiku dan menerima takdir bahwa Allah SWT ternyata memang tidak menitipi bakat bernyanyi untukku. Not a big deal-lah! Namun apapun yang dititipkan-Nya serta yang embeded (melekat) dalam diri ini sselamanya akan menjadi 'penanda' bagi seluruh kehidupanku. Alhamdulillaaaaaah... selalu kusyukuri setiap detiknya dengan sepenuh jiwa raga.
Terimakasih Ya Allah... Terimakasih Perancis Terimakasih Papa dan Mama, terimakasih Opa dan Oma, terimakasih Eyang Kakung dan Eyang Putri... matur nuwun sanget nggih... jazakumullah khoir... mercy beaucoup...

Oma Charlotte...Opa Sirajul... I will see both of you one day.

Papa Allen... I owe you and I miss you so much... terimakasih untuk darah India (Islam), dari Opa Sirajul Haque dan  darah Belanda-Perancis (Katolik cum Mu'alaf Islam) dari Oma Charlotte Louis Poittier yang mengalir melaluimu. Juga darah Jawa-timuran (Madura) dari Mama Mieke. Nama Islam Papa Allen yang tertulis sebagai Misbah Ul Haque sangat indah, dan kata Pak Ustad Rodzi di Malang, Jatim bermakna lampu terang yang menerangi hak! Tak heran Pa...kalau dalam hidup saya selalu ingin menerangi banyak sudut gelap dalam hidup ini. Allahu Akbar!
Luv u full Pa... Ma...


dan

* Yang bukan-bukan saja bagi mereka yang iseng melempar isu tersebut. Patut diduga bahwa mereka kelebihan waktu (mungkin juga  pengangguran), sampai tega mengatakan saya keturunan Yahudi... masya Allah...

Namun saya memaafkan anda! Semoga tulisan mini-ringan ini dapat menerangi anda saudaraku... istighfar segera ya kalau anda seorang Muslim! > (berita didapatlan di: http://forum.detik.com/showthread.php?p=13284413)

Ambassade d'Indonésie en France dalam Keluarga Haque: Marissa Haque & Ikang Fawzi


 Ambassade d'Indonésie en France dapat dicari dalam alamat situs: http://www.amb-indonesie.fr

Sangat menarik ketika mengetahui bahwa ketiga suami kakak-beradik Haque yang terdiri dari: (1) Marissa; (2) Soraya; dan (3) Shahnaz ternyata saat ngerumpikan para istri memakai Bahasa Perancis. Rupanya ketiga personil BIL (Brother in Law) tersebut memiliki pengalaman masa kecil yang mirip, yaitu: (1) pernah tinggal di luar Indonesia; (2) LN nya berbahasa pengantar Perancis; (3) orang tua bekerja sebagai diplomat atau atache militer.

Semisal Ikang Fawzi sebagai menantu pertama keluarga Haque bertempat tinggal dan sekolah di kota Brussels, Belgium, lalu Ekki Soekarno menantu kedua yang ayahnya seorang Jendral Angkatan Darat (sebagai Atache Militer) bertempat tinggal dan sekolah di kota Aljae, ALjazair, dan menantu terakhir alias ketiga bertempat tinggal dan sekolah di kotaParis, Perancis.

Sementara ketiga dara Haque, wsekalipun memiliki darah Perancis dari jalur Ayahnya--sang neenk yang mantan biarawati Katolik dari Bourdeaux, Perancis bernama Charlotte Louis Poittier--tidak lancar atau bahkan tidak bisa berbahasa Perancis. Sayang memang... Namun Marissa Haque dan Isabella Fawzi putri sulungnya berencana serius tahun ini memulai kursus berbahasa Perancis dasar di CCF, Kebayoran Baru, Jaksel...

Serba Info dari Perancis: dalam Marissa Haque & Ikang Fawzi

 
Pembangunan yang berkelanjutan

Agence de l environnement et de la maîtrise de l énergie (ADEME)
 
Agriculteurs français et développement international (AFDI)
 
Association française des volontaires du progrès (AFVP)
 
Bureau du Développement des Productions Agricoles (BDPA)
 
BCEOM Société française d ingénierie
 
Centre de coopération internationale en recherche agronomique pour le développement (CIRAD)
 
Centre international de coopération pour le développement agricole (CICDA)
 
Centre national d études agronomiques des régions chaudes (CNEARC)
 
Développement des Agros-Industries du Sud (DAGRIS)
 
Groupe de recherches et d échanges technologiques (GRET)
 
Institut de recherches pour le développement (IRD)
 
Institut des sciences et des techniques de l équipemement et de l environnement pour le développement (ISTED)
 
Institut français de recherche pour l exploitation de la mer (IFREMER)
 
Institut géographique national (IGN)
 
Institut national de la recherche agronomique (INRA)
 
Inter-Réseaux
 
Office international de l éau
 
Vétérinaires sans frontières
 
 
Ekonomi dan keuangan

Centre des études financières, économiques et bancaires (CEFEB)
 
Développement et insertion internationale (DIAL)
 
Fondation nationale pour l enseignement de la gestion en entreprise (FNEGE)
 
GIP ADETEF (Assistance au développement des échanges en technologies économiques et financières)
 
 
Kebudayaan

Ministère de la culture
 
Association pour la diffusion de la pensée française (ADPF)
 
Association française d action artistique (AFAA)
 
Bureau international de l édition française (BIEF)
bief.org
 
Bureau Export de la musique française
 
Centre national de la cinématographie (CNC)
 
Centre national des arts plastiques (CNAP)
 
Centre national du livre
 
Cinémathèque française
 
Cité internationale des arts
 
Europa Cinémas
 
Francophonie diffusion
 
Institut du Monde Arabe (IMA)
 
Institut national d histoire de l art
 
Maison des cultures du monde
 
Relais Culture Europe
 
Société des auteurs, compositeurs, éditeurs de musique (SACEM)
 
Syndicat national de l édition phonographique (SNEP)
 
Unifrance Film international
 
Formation artistiques et culturelles en France destiné aux professionnels étrangers
 
 
Media

Association française de nommage internet en coopération (AFNIC)
 
ARTE
 
Canal France International (CFI)
 
Centre de formation et de perfectionnement des journalistes (CFPJ)
 
Ecole supérieure de journalisme de Lille
 
France Télévisions
 
Institut national de l audiovisuel (INA)
 
Radio France International (RFI)
 
TV France international (TVFI)
 
TV5
 
 

Promosi Bahasa Prancis dan Frankofoni: dalam Marissa Haque & Ikang Fawzi


Agence intergouvernementale de la Francophonie (AIF)
Alliance française
www.alliancefr.org
Fédération internationale des professeurs de français (FIPF)
 

Ilmu Diplomasi ‘Sederhana’ yang Dipulung Icha pada 1987 Lalu: Ikang Fawzi

Diplomasi adalah Ilmu Sejenis Akar Rumput tak Bergoyang walau Tertiup Angin: 

Marissa Haque Fawzi


Diplomasi adalah Ilmu Sejenis Akar Rumput tak Bergoyang walau Tertiup Angin. Kurang lebih mungkin itulah substansi yang dapat kupetik dari ‘memulung’ ilmu diplomasi dari almarhum Ayah Mertuaku YM. Dato’ Fawzi Abdulrani asal Sulawesi Barat (Sulbar sekarang dulu Sulsel)–Bugis-Mandar–yang seorang diplomat senior alumni dari SESDILU (Sekolah Dinas Luar Negri) itu saat baru menikah dengan Ikang Fawzi. Walau sesungguhnya makna dari Ilmu Diplomasi jauh lebih dalam dari yang sempat kuserap pada tahun 1987 lalu dari Ayah Mertuaku terkasih.

green-marissa-haque-fawzi

Tiga Menantu Haque yang Selalu Berbahasa Perancis: Marissa Haque Fawzi


Jum’at, 04 Maret 2011 17:15 wib

Sumber: http://kampus.okezone.com/read/2011/03/0…

SURABAYA- Kondisi pelajaran musik di sekolah dasar hingga menengah atas kian memprihatinkan. Bahkan pola-pola pembelajaran terkesan monoton sehingga siswa tidak memahami musik secara pasti. Pelajaran musik di Indonesia hanya sebatas teori saja.

Hal itu disampaikan Ketua Music Teacher Association of Indonesia (MTAoI) Ivon Maria Pek Pien. “Pelajaran musik di Indonesia sangat jauh tertinggal dibanding luar negeri.

Oleh karena itu, melalui MTAoI ini akan diperjuangkan agar terwujudnya kurikulum musik skala nasional,” kata Ivon di sela-sela acara Open Piano Competition The 11th Galaxy International di Hotel JW Marriot, Jalan Embong Malang, Surabaya, Jum’at (4/3/2011).

Dia menambahkan, di Indonesia, sekolah musik selalu dicampurkan dengan sekolah umum. Beberapa siswa selalu dibebani dengan pelajaran musik yang hanya teori saja. MTAoI berencana menggulirkan kurikulum bagi perkembangan musik di Indonesia, yakni bagaimana menanamkan musik secara benar sejak dini. Kemudian, ketika siswa beranjak dewasa dapat menerapkan musik tanpa harus les privat lagi.

Ivon mengkritik, Indonesia tidak memiliki konservatorium, sebuah wadah untuk mencari bakat-bakat musisi. Di luar negeri, seperti di New York dan Eropa, konservatorium ini sudah melembaga. “Kabarnya sih akan ada pembangunan konservatorium di Indonesia. Sayangnya yang mendanai bukan pemerintah Indonesia, melainkan pemerintah Belanda bekerja sama dengan kampus Widya Mandala Surabaya,” ungkapnya. (rfa)(rhs)

Buah Bakat Kreatifitas dari Perancis: Ikang Fawzi Dinobatkan Sebagai Ambasador Kebun Raya

Bogor (ANTARA News) - Rocker Indonesia era 90 an Ikang Fawzi dinobatkan sebagai ambasador Kebun Raya, oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Senin.

Penobatan dilakukan karena selama ini suami artis cantik Marissa Haque tersebut telah menjadi sahabat kebun raya dan prinsip hidupnya yang sangat mencintai lingkungan menjadikannya duta kebun raya.

Peran Ikang dalam menjaga kelestarian alam, terlihat dari pola hidupnya. Dimana rumahnya memiliki banyak pohon dan sudah menerapkan pola keseimbangan alam kepaa anak-anaknya.

"Saya orang yang sangat mencintai keluarga, saya ingin mesa depan anak dan cucu saya kelak dapat hidup sehat dengan lingkungan yang sehat pula. Sejak dini saya mengajarkan kepada anak-anak saya untuk menjaga keseimbangan alam, dengan mencintai tumbuh-tumbuhan dan kelestarian lingkungan," ujarnya kepada ANTARA di Bogor, Senin

Ikang dinobatkan sebagai duta kebun raya oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ditandai dengan penyematan pin duta kebun raya oleh kepala LIPI Prof. Dr. Umar Anggara Z, disaksikan oleh wakil menteri PU Ahmad Hermantor Dardar, kepala Kebun Raya Bogor, Said Sinaga, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) LIPI Prof. Dr. Endang Sukara, dan Marissa Haque.

Umar Anggara menyatakan dukungannya atas tugas yang kini dijabat oleh rocker Indonesia tersebut.

"Kita berharap dengan dijadikannya mas Ikang Fauzi sebagai duta kebun raya, dapat mensosialisasikan dan mengembangkian kebun raya ke tengah masyarakat. Peran beliau sangat penting untuk keberadaan kebun raya agar tetap dikenal masyarakat luas," ujarnya.

Ikang menyatakan tugasnya sebagai duta adalah mengajar masyarakat untuk menjaga kelestarian alam, memperkenalkan kekayaan fauna yang dimiliki Indonesia kepada masyarakat.

"Yang terpenting adalah mengajak masyarakat untuk menjaga kelestarian alam. Dengan alam yang seimbang kehidupan manusia akan berjalan selama puluhan tahun. Kita akan merencanakan program-program pengenalan bagaimana agar kebun raya dapat dikenal masyarakat luas," terangnya.

Penobatan tersebut berlangsung dalam acara diskusi desain Master Plan Kebun Raya Solok, Kebun Raya Minahasa dan Kebun Raya Kendari bertempat di gedung konservasi Kebun Raya Bogor.


Sumber: ANTARA News (Senin, 25 Januari 2010 16:48 WIB)

O Paris J'et Aime: Ikang Fawzi & Marissa Haque

The Circle of  Our Love

paris-tour-eiffelikang-fawzi-marissa-haque-isabella-fawzi-chikita-fawzi-ekki-soekarno-gilang-ramadhan-shahnaz-haque-soraya-haque

Menara Eifie di Paris, Perancis adalah Salah Satu Kenangan Mesra Kami

Yah...dan kami memang sedang menabung agar setelah pulang dari Umroh pada tahun ini--entah di bulan apa--kami berempat (dan biasanya ditambah sama Menik aspriku hampir 17 tahun) ingin kembali menginjakkan kaki di kota teromantis dunia itu.

O Paris...j'et aime...

paris-perancis-dan-rencana-celebrate-utk-anniversary-25-tahun-ikang-marissa-di-film-yang-kukuh-dan-yang-runtuh

Marissa Haque Mengikuti Jejak Aktris Widyawati Ikaln Lux Paris: Rudy Mulyadi

Marissa Haque & Widyawati Sophiaan

 
 
Nama:
Marissa Grace Haque

Lahir:
Balikpapan, 15 Oktober 1962

Suami:
Ikang Fawzi

Menikah:
12 April 1987

Pendidikan:
Sarjana Hukum, Universitas Trisakti
Studi Kajian Film dan Televisi Internasional, Ohio University, Amerika Serikat

Prestasi:
Aktris Pembantu terbaik FFI 1985 (Tinggal Landas Buat Kekasih, 1984)
Nominasi Aktris Terbaik FFI 1985 (Serpihan Mutiara Retak, 1985)
Aktris Terbaik pada Festival Film Asia Pasifik 1987 (Matahari Matahari, 1985)

Filmografi:
Kembang Semusim (1980)
Bawalah Aku Pergi
IQ Jongkok (1981)
Hukum Karma (1982)
Tangkuban Perahu (1983)
Kamp Tahanan Wanita (1983)
Merindukan Kasih Sayang (1984)
Asmara Dibalik Pintu (1984)
Gawang Gawat (1984)
Saat-Saat Kau Berbaring Didadaku (1984)
Tinggal Landas Buat Kekasih (1984)
Serpihan Mutiara Retak (1985)
Matahari Matahari (1985)
Sebening Kaca (1985)
Yang Kukuh Yang Runtuh (1985)
Biarkan Bulan Itu (1986)
Dia Bukan Bayiku (1988)
Sepondok Dua cinta (1990)
Yang tercinta (1991)
Sinetron:
Tetanggaku Idolaku (1993)
Salah Asuhan (1993)
Jendela KIta (1994)
Masih Ada Kapal Ke Padang (1995)
Ujang dan Aceng (1995)
Dibawah Purnama Aku Berdoa (1996)

Iklan:
Lux (1985)
Florence Springbed
Vitacimin
Biovision

Sumber:http://sufinews.com, indonesiaselebriti.com

Jabatan: Anggota DPR RI 2004-2009

Partai: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP)
Propinsi Asal: Jawa Barat
Distrik: Jabar II
Tempat/tanggal Lahir: Balikpapan, 15 Oktober 1962
Agama: Islam
Nama suami: Ahmad Zulfikar Fawzi
Jumlah anak: 2

Pendidikan Formal S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti Jakarta; S2 Study Kajian Film dan Televisi Internasional Ohio University Amerika Serikat
Pengalaman Kerja Aktris; Presenter TV, Producer TV, Sutradara; Teaching Assistant di OHIO University; Produser film dan sinetron a.l. (film) Sepondok Dua Cinta (1990), Yang Tercinta (1991), dan (sinetron) Salah Asuhan (1993) Jakarta; Penyuluh, penggerak masyarakat sosial untuk pendidikan wanita, anak;
Pengalaman Organisasi: DPP REI (Real Estate Indonesia)
Penghargaan: Aktris Pembantu Terbaik FFI 1985 (Tinggal Landas Buat Kekasih, 1984); Nominasi Aktris Terbaik FFI 1985 (Serpihan Mutiara Retak, 1985); Aktris Terbaik pada Festival Film Asia Pasifik 1987 (Matahari Matahari, 1985);
Alamat Rumah: Jl WR Supratman No 9 Rt 05/02, Kel. Rengas, Kec. Ciputat, Tangerang, Banten

Dekat dengan Allah


Marissa Haque, yang tidak pernah pergi jauh dari dunia perfilman, kemudian masuk dalam dunia politik. Dia menjadi anggota legislatif PDI-P dari daerah pemilihan Bandung. Sebelumnya selama tiga tahun dia di Amerika me-nempuh kuliah S2 di Jurusan Film dan Televisi Internasional di Universitas Ohio, AS, sembari bermunajat (mendekatkan diri) kepada Allah swt, mengurus suami dan dua orang putrinya yang mulai remaja, dan mengajar.

Marissa Haque lahir di Balikpapan, 15 Oktober 1962. Nama lengkapnya ada-lah Marissa Grace Haque, ayahnya Allen Haque berda-rah Belanda-Perancis dan beragama Katolik, sedangkan ibunya Nike Suharyah binti Cakraningrat berasal dari Sumenep Madura Jawa Timur dan beragama Islam. Sementara kakeknya berasal dari India dan beragama Islam, dan neneknya keturunan Belanda-Perancis beragama Kristen. Menikah dengan Rocker Ikang Fawzi pada 12 April 1987.

Sedari belia, selain seko-lah sebagai kewajiban utama-nya, Icha demikian ia disapa mengisi waktu luangnya dengan kegiatan menari dan menyanyi dalam sanggar Swara Mahardika pimpinan Guruh Soekarno-putera. Namun rupanya, dunia yang ia selami itu terasa sempit, hingga akhir-nya ia tertarik menjadi model iklan sebuah produk. Sejak saat itulah, wajahnya mulai dikenal oleh banyak orang.

Sutradara M.T. Risyaf kemudian mengajak Marissa main dalam film "Kembang Semusim" (1980). Talentanya yang besar dalam seni peran kemudian membuahkan hasil. Empat tahun kemudi-an, Marissa berhasil meraih Piala Citra sebagai Aktris Pembantu Terbaik di film "Tinggal Landas Buat Kekasih" (1984).

Semenjak itu, bintang Marissa kian bercahaya. Lewat aktingnya dalam film "Matahari Matahari" (1985), ia berhasil meraih penghargaan sebagai Aktris Terbaik pada Festival Film Asia Pasifik 1987. Tak lama kemudian, main bersama suaminya, Ikang Fawzi, dalam film "Biarkan Bulan Itu" (1986), ia dinobatkan sebagai Aktris Terbaik di ajang Festival Film Indonesia.

Tak puas hanya sebagai pemain, ia mulai menjajal kemampuannya sebagai produser. Dari tangan dingin ibu dari dua puteri ini, terlahir film "Sepondok Dua Cinta" (1990) dan "Yang Tercinta" (1991). Semenjak itu, ia mulai tertarik untuk memproduksi sejumlah sine-tron. Salah satu yang berha-sil adalah sinetron "Salah Asuhan" (1993) yang meraih Piala Vidia sebagai mini seri terbaik versi Festival Sinetron Indonesia 1994.
Tidak lama kemudian, Marissa perlahan-lahan mulai mengurangi kegiatannya di dunia perfilman. Ia lebih banyak bermunajat (mendekatkan diri) kepada Allah swt bahkan mengikuti tarekat Naqsabandiyah-Saziliyah.

Puncak kehidupan spiritual Marissa terjadi pada tahun 1993 dan saat itu ia bersama Ikang Fawzi berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Sebagaimana pengalaman ajaib dan misterius dalam berhaji, Marissa juga membuktikan hal itu. Sepanjang proses ibadah haji tersebut ia merasa ada keagungan Allah swt yang membimbing dirinya dan seluruh jamaah haji yang berjubah serba putih untuk berlomba-lomba menuju pada keagungan-Nya.

Sepulang dari haji Marissa terus berusaha dan mencoba istiqomah beribadah dengan berjilbab dan belajar agama. Dan kerinduannya terhadap keagungan Allah swt dan Rasulullah Saw itu kembali diwujudkan melalui ibadah haji pada tahun 1994. Ia percaya bahwa dengan mengikuti ajaran agama seseorang akan dijamin kehidupannya lebih baik, aman dan tenteram.

Dengan berjilbab dan mentaati ajaran agama, ia selalu merasa lebih dekat kepada Allah swt, lebih aman dan terhindar dari pelecehan seksual maupun diskriminasi gender (perbedaan jenis kelamin). Untuk itu, ia ingin mengabdi kepada agama melalui pendidikan, ilmu seni dan budaya yang ia miliki. Sedangkan dalam kehidupan keluarganya Marissa berharap menjadi keluarga yang sakinah, penuh ramat, setia kepada suami, seperti indahnya keluarga Nabi Muhammad Saw. ► mlp

*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)http://sufinews.com, indonesiaselebriti.com


Marissa & Lux
Icha terpilih menjadi bintang Lux pada saat puncak kariernya, saat itu tidak ada yang meragukan eksistensinya sebagai aktris, photo model dan peragawati nomor satu. Bahkan seperti artis lain yang sedang naik daun beliau juga mencoba keberuntungan sebagai penyanyi dengan menelurkan satu album Marissa Haque Band bersama Fariz R.M. Balik lagi ke Lux, selama menjadi bintangnya, wajah cantiknya terpampang pada empat print ad yang beredar di majalah pada 1985 / 1987.






Kesehatan dan Pembangunan Sosial Perancis: Ikang Fawzi & Marissa Haque

Semangat Pembangunan Sosial di Perancis:


 
Agence française de sécurité sanitaire des aliments (AFSSA)
 
Agence nationale de recherches sur le sida (ANRS)
 
Centre de recherche, d étude et de documentation en économie de la santé (CREDES)
 
Centre français sur la population et le développement (CEPED)
 
Ecole nationale de la santé publique (ENSP)
 
GIP ESTHER (Ensemble pour une solidarité thérapeutique hospitalière en réseau)
 
Institut national de la santé et de la recherche médicale (INSERM)
 
Institut national d études démographiques (INED)
 
Institut Pasteur

 

Chikita Fawzi dalam Semangat Festival Film Cannes, Perancis: Ikang Fawzi & Marissa Haque


Upin & Ipin' Di produseri Mantan Mahasiswa ITB

“"Kesuksesan 'Upin & Ipin' dimulai ketika mengikuti Festival Film Cannes di Perancis"”




Siapa yang tak kenal serial animasi asal Malaysia 'Upin & Ipin'? Ceritanya yang sederhana, mendidik dan menjunjung etika sopan santun, menjadi salah satu tontonan favorit anak-anak, bahkan orang dewasa di Indonesia. Tapi apakah anda mengetahui kalau kisah dua bocah gundul itu ternyata diproduseri oleh seseorang yang pernah kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB)?

Namanya Burhanudin Radzi pria yang kini usianya di atas 50 tahun tersebut pernah menimba ilmu jurusan Teknik Perminyakan di ITB sekitar tahun 1980-an. Namun ia hanya kuliah selama 1,5 tahun hingga akhirnya memutuskan pindah karena alasan pribadi.

Burhan, demikian ia biasa dipanggil, memiliki Les' Copaque, perusahaan yang bergerak di bidang animasi, kreatif dan film. Bersama istrinya Ainon Bte Ariff dan sejumlah stafnya, mereka menciptakan kisah dan karakter untuk seial 'Upin & Ipin' sekitar empat tahun lalu.

"Karena kami semua suka anak-anak, peduli anak-anak," jelas Ainon saat diwawancara di Kafe Pisa Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (29/9/2010).

Ainon bukan hanya ikut menulis cerita, ibu empat anak dan nenek satu cucu ini juga mengisi suara di 'Upin & Ipin'. Sebagai?

"Sebagai Opa, neneknya Upin & Ipin," imbuhnya tersenyum.

Karakter Opa dikenal sebagai sosok nenek yang santun, penyayang dan juga penuh perhatian. Kebetulan sifat Ainon mirip dengan Opa. Ia mengaku sering mengasuh cucunya dan aktif di kegiatan sosial untuk anak-anak.

Kesuksesan 'Upin & Ipin' dimulai ketika mengikuti Festival Film Cannes di Perancis empat tahun lalu. Burhan dan Ainon mengirimkan cuplikan gambar 'Upin & Ipin' ke ajang bergengsi tersebut.
“"Indonesia diakui Ainon memiliki tempat yang spesial untuk dirinya juga sang suami. Mereka bahkan berencana membuat cerita 'Upin & Ipin' dengan mengikutsertakan karakter khas Indonesia, 'Unyil'"”

Melihat 'Upin & Ipin' eksis di Festival Cannes, sejumlah televisi Malaysia pun tertarik untuk membeli hak siarnya. "Yang beli akhirnya TV 9 Malaysia," tutur Ainon.

Kesuksesan serial tersebut merembet ke sektor bisnis lainnya. Kini 'Upin & Ipin' tak hanya mondar mandir di televisi. Sejumlah kafe dengan menggunakan 'Upin & Ipin' pun didirikan sekitar setahun lalu.

"Kami punya kafenya ada di daerah Shah Alam juga di Putra Height,"

Kafe-kafe tersebut menjual makanan dengan menu unik seperti 'Nasi Goreng Opa' atau 'Ayam Goreng Upin'

Mendapat sambutan dan pujian yang luar biasa dari publik Malaysia, 'Upin & Ipin' pun diekspor. Tercatat Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) menjadi stasiun televisi yang menyiarkan 'Upin & Ipin' di tanah air.

Kesuksesan 'Upin & Ipin' tidak hanya di dua negara serumpun, sejumlah perusahaan internasional juga mulai melirik, seperti Disney Channel.

"Mereka datang ke kami sekitar pertengahan 2010. Lalu kami sepakat," tambahnya.

Tapi tak semua peminat 'Upin & Ipin' beruntung membeli hak siarnya dari Les' Copaque. Sejumlah televisi asal Timur Tengah pernah mengajukan tawaran.

"Mereka kaya-kaya, tapi menawarkannya kok murah. Kami tak mau,"celetuk Ainon.

Indonesia diakui Ainon sebagai tempat yang spesial untuk dirinya juga sang suami. Mereka bahkan berencana membuat cerita 'Upin & Ipin' dengan mengikutsertakan karakter khas Indonesia, 'Unyil'.




Seperti apa nantinya. Ainon yang duduk sebagai Creative Content Director di Les' Copaque masih merahasiakannya. Ainon hanya berharap jika nanti 'Upin & Ipin' bermain bersama Unyil dalam satu layar, pihaknya tak ingin dituduh membajak karakter 'Unyil'.

"Kami tak ingin disebut mencuri, makanya nanti ceritanya juga harus hati-hati," tandasnya.

'Upin & Ipin' diproduksi sebanyak 42 episode setiap tahunnya. Serial itu hanya diputar di Malaysia setiap libur sekolah, berbeda dengan di Indonesia. "Di kami hanya ketika anak-anak cuti sekolah, selama tiga bulan saja," jelas nenek 52 tahun itu.

Setelah meraih prestasi di Malaysia dan Indonesia lalu masuk ke Disney Channel, Les 'Copaque bersama sejumlah konsorsium akan membuat Taman Impian Upin & Ipin (TIMPA). Tak hanya itu film 'Laksmana Upin Ipin' direncanakan tayang tahun 2012.

Kini ada sekitar sembilan orang yang menjadi pengisi suara karakter inti 'Upin & Ipin', termasuk Ainon. Untuk karakter Upin dan Ipin, suaranya diisi satu orang, seorang gadis berusia sembilan tahun. "Namanya Putri Asyila, dan salah seorang dari film anomatornya adalah anak aktris dan aktor terkenal Indonesia Marissa Haque dan Ikang Fawzi" tandas Ainon.

sum.yahoo

Istriku Marissa Grace Haque Berdarah Perancis: Ikang Fawzi


Mar 26, '07 2:17 AM
oleh Ibrahimuntuk

A. Kohar Ibrahim :
Marissa Haque Artis Politisi Engage
Esai
Impresi dari Eropa
(4)
ADALAH orang yang sangat beruntung memiliki nama bernada irama memikat. Demikian menurut sastrawan Guy de Maupassant, dengan mengambil contoh nama intelektual  : Zola. Lengkapnya : Emile Zola. Sang pengarang roman engage « Germinal » dan sang penguggat ketidak adilan dan kedustaan dengan suratnya yang masyhur: « J’accuse ».
« Zo…la ! Oh la la ! » begitulah kiranya diimpresikan sekali pun hanya dalam hati. « Wah ! »

Jujur saja, saya pun termasuk yang suka menyimak nama-nama bukan saja bermakna melainkan juga bernada irama puitika. Karena itulah seketika saya tergugah, ketika baru-baru ini mendengar informasi sedang berlangsungnya seminar mengenai trafiking di kota Batam. Pasalnya berita tersebut menyebut kehadiran sosok kondang bernama Marissa. Maka kontan hati dan pikiran saya tergelitik.

Diucapkan via ponsel oleh seorang wanita, nama itu sarat irama yang ngemong layaknya seorang Ma(k) yang menyampaikan kesejuk-asaan dan perlindungan. 

« Ma… Ma-lisa… ! » kiranya begitulah bisa diimajinasi seorang balita kolokan memanggil-manggil mengundang kasih dan sayang. « Mari…Marissa… ! »

Sesungguhnya nama itu bukan sekedar nama yang hampa melainkan amat bermakna bernada irama penuh perhatian kasih sayang insan manusiawi. 

« Marissa tidak hanya berkapasitas dan berwawasan luas, » jelas Lisya Anggraini sang pemberi khabarku dari Batam itu. « Tapi juga punya akhlak yang baik dan memiliki tingkat spiritualitas dan pendalaman agama yang tidak cekak. Dia adalah salah seorang anggota DPR yang membidangi agama, sosial, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak-anak. »
Wah ! Kian tambah menggelitik saja lah jadinya. Lebih-lebih lagi ketika Lisya menambahkan penjelasannya bahwa Marissa salah seorang sosok artis kondang. Bintang film yang telah meraih sejumlah penghargaan tinggi.

Wah ! Sepertinya Lisya lagi memberi aba-aba sembari senyum supaya saya segera melacak barisan nama-nama kenamaan alias kaum selebriti Indonesia. 

« Marissa Haque… ! » desisku ketika menemukan seraya menyimak foto wajahnya. Sepintas lintas aku jadi teringat pada bintang film India terkemuka : Aishwarya. Yang membintangi film terbarunya « Devdas. » mengisahkan seorang lelaki pencinta yang tiada taranya terhadap perempuan idamannya. Aktris mantan Miss Monde itu minggu ini wajahnya jadi cover majalah mingguan terkemuka Eropa : Le VIF-EXPRESS .

Dari Batam Nusantara sepertrinya aku lagi dapat berkas cahya kejora. Dalam menelusuri seraya melacak-simak Marissa Haque. Betapa tidak. Bintang film yang kini juga sebagai politisi itu ternyata memang dari asal-usulnya juga ada aliran darah India-nya. Seperti yang dituturkan Ensiklopedi Tokoh Indonesia, kakeknya berasal dari India dan beragama Islam ; neneknya keturunan Belanda-Perancis beragama Kristen. Allen Haque, ayahnya juga berdarah Belanda-Perancis. Sedangkan ibunya Nike Suharyah binti Cakraningrat berasal dari Madura. Marissa yang kelahiran Balikpapan 15 Oktober 1962 menikah dengan Rocker Ikang Fawzi 12 April 1987.

Dari halaman Ensi itu pun dapat diketahui bahwa sang artis-politisi itu adalah seorang Sarjana Hukum Universitas Trisakti, selain mengukti Studi Kajian Film di Ohio University, Amerika Serikat.

Gelitikan hati selanjutnya melahirkan pertanyaan : Apakah Marissa Haque itu sebagai sosok intelektual selaras pemaknaan Prof Dr Franz Magnis-Suseno ? Yang bahwasanya  : « Secara moralitas, kaum intelektual harus mengatakan yang benar itu benar dengan kejujuran, keberanian, rendah hati, peka terhadap lingkungan, toleran, dan terbuka kepada siapa saja. »
Menurut Magnis, « intelektual yang tampil menjadi politisi hendaknya tetap harus menampakkan sikap kritis, karena ideologi kaum intelektual adalah kebenaran. »

Wah ! Hati dan pikiran saya semakin tergelitik : « Dan bagaimana Marissa ? »

Maka saya pun teringat pada suasana di arena perpolitikan ketika menyimak impresi dari Rosihan Anwar terhadap Marissa. Semata-mata karena (Berita Sore 10/5/2004) sang jurnalis senior itu duduk di sebaris kursi bersama Aristides Katopo, pemred Sinar Harapan dan sang « bintang film Marissa Haque SH yang tampil sebagai Caleg PDI-P di Jawa Barat dan terpilih sebagai anggota DPR. »

Dalam suasana meriah dilangsungkannya acara mengumumkan duet capres dan cawapres PDI-P Mega-Muzadi di Tugu Proklamasi 6 Mei 2004 itu, Rosihan Anwar memperoleh kesan bahwa « artis Marissa Haque yang berjilbab bertepuk tangan kayak penggembira sebuah muktamar. »

Wah ! Hati dan pikiran saya semakin tergelitik saja jadinya : « Benarkah ? Tapi apa hanya sebagai penggemar muktamar ? Kenapa sih sang bintang film yang juga mulai jadi bintang arena politik itu  berdiri di bawah kibaran panji PDI-P ? »
Jawabannya diutarakan ketika berkunjung ke redaksi Pikiran Rakyat Bandung 21 Februari 2004. Jelas tegas sederhana saja.
« Saya jatuh cinta kepada Ibu Mega, » kata Marissa. « Itulah alasan saya memilih Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebagai wadah politik saya. »

Sesungguhnya, dalam pengakuannya lebih jauh, jatuh cinta yang dimaksudkanya itu adalah berupa kekaguman Marissa kepada Megawati. Dimulai ketika menyaksikan penampilan beliau yang amat mempesona ketika hadir dalam KTT di Ohio, New York, duduk di antara Presiden AS George W. Bush, Presiden Perancis Jacques Chirac dan Sekjen PBB Kofi Annan.
Wah ! Terus tergelitik, hati saya pun bertanya : « Apa benar ketertarikannya pada parpol pimpinan Megawati itu hanya baru dari tahun-tahun belakangan ini saja ? »

Begitulah, jika diperhatikan rangkaian jejak langkah aktivitas-kreativitasnya, ketika masa muda remaja Marissa ternyata pernah tergabung dalam kegiatan tari dan nyanyi dalam sanggar « Swara Mahardika » pimpinan Guruh Soekarno-poetera. Seperti tertera di halaman Ensi Tokoh Indonesia itu.

Dari situ juga dapat diketahui prestasinya sebagai Aktris Pembantu terbaik FFI 1985 dalam film Tinggal Landas Buat Kekasih (1984). Nominasi Aktris Terbaik FFI 1985 dalam film Serpihan Mutiara Retak (1985). Aktris Terbaik pada Festival Film Asia Pasifik 1987 dalam film Matahari Matahari (1985).

Permunculannya di seni Gambar Hidup tak kurang dari 30-an judul. Kongkritnya : 4 berupa Iklan, 6 Sinetron dan 20 film. Sungguh merupakan suatu prestasi yang membina prestise luar biasa cerlang-cemerlang selayaknya bintang kejora.
Maka dari itu kiranya tidaklah begitu mengagetkan kalau prestasinya di arena perpolitikan yang dimasukinya pun amat mengesankan. Jika tidak mau dikatakan mentercengangkan orang. Baik intervensinya di dalam sidang DPR maupun di luar lembaga tinggi resmi itu dan di berbagai kesempatan lainnya di depan publik. Seperti dalam kehingar-bingaran perdebatan sekitar kenaikan harga BBM. Dalam salah satu kesempatan sang bintang bahkan mengecam sikap arogan Wapres Jusuf Kalla tak ubahnya seperti pemimpin Nazi : Adolf Hitler. Pasalnya Kalla mengemukakan pendapatnya bahwa DPR tidak punya hak turut campur dalam urusan BBM. 

« Bohong besar kalau DPR tidak punya hak, » kata Marissa seraya mengutarakan argumentasinya yang mendasar dan yang memihak kepada rakyat. Teriring pula anjurannya supaya kader Golkar mulai memikirkan untuk mengganti dua pemimpinnya : Jusuf Kalla dan Agung Laksono. Sebab, masih banyak kader Goilkar yang lebih baik, yang pro-rakyat.
Panasnya suasana perdebatan sekitar penaikan harga BBM di ruang sidang DPR itu sedemikian rupa tingginya hingga terjadi tawuran. Ujungnya selusin anggota DPR dipanggil Badan Kehormatan DPR karena diduga melakukan pelanggaran kode etik dalam rapat paripurna itu. Salah seorang di antaranya adalah sang bintang film politisi yang berpihak (engage) itu : Marissa Haque.

Akan tetapi, meski belum seberapa jauh pengalamannya di arena perpolitikan, Marissa sudah menunjukkan kegagah-beraniannya dalam mengungkapkan kebenaran dari realitas di berbagai bidang kehidupan. Selain contoh soal kenaikan BBM itu juga pernyataannya bahwa « Departemen Agama Perlu Direstrukturasi » (Gatra 2005-02-05). Karena « Diduga Ada ‘Mafia’ Haji. »

Selain hal-ihwal tersebut di atas itu, Marissa Haque juga dikenal umum sebagai sosok perempuan yang amat perhatian pada lingkungan alam dan kebersihan serta kehidupan insan yang manusiawi.. Yang kesemuanya berkaitan erat dengan kehidupan spiritualitasnya yang Islami. Seperti diimpresikan Lisya Anggraini dari Batam itu. ***

Catatan : Naskah « Marissa Haque Artis Politis Engage » disiar pertama kali Harian Batam Pos, Kolom : Impresi Dari Eropa, 9 April 2005, edisi cetak & online. Kemudian disiar ulang beberapa media elektronika seperti DepokMetro dan SwaraTv. ABE-Kreasi Multiply Com : http://www.16j42.multiply.com 26.03.2007. Ilustrasi foto : Lisya & Icha. ***

isabella fawzi di ccf jakarta (FIB UI)

isabella fawzi di ccf jakarta (FIB UI)
isabella fawzi di ccf jakarta (FIB UI)

Menara Eifel, Ikang Fawzi dan Marissa Haque, 1986, Paris, Perancis

Menara Eifel,  Ikang Fawzi dan Marissa Haque, 1986, Paris, Perancis
Menara Eifel, Ikang Fawzi dan Marissa Haque, 1986, Paris, Perancis

Neneknya Marissa Haque, (alm) Charlotte Louis Poittier asal Perancis-Belanda, saat Muda

Neneknya Marissa Haque, (alm) Charlotte Louis Poittier asal Perancis-Belanda, saat Muda
Neneknya Marissa Haque, (alm) Charlotte Louis Poittier asal Perancis-Belanda, saat Muda

Masa Kecil Ikang Fawzi bersama Keluarga DEPLU nya di Belgium Berpengantar Bahasa Perancis

Masa Kecil Ikang Fawzi bersama Keluarga DEPLU nya di Belgium Berpengantar Bahasa Perancis
Masa Kecil Ikang Fawzi bersama Keluarga DEPLU nya di Belgium Berpengantar Bahasa Perancis

Ikang Fawzi Peraih Penjualan Terbanyak Album Preman, Mengantarkannya Keliling Eropa bersama Marissa

Ikang Fawzi Peraih Penjualan Terbanyak Album Preman, Mengantarkannya Keliling Eropa bersama Marissa
Ikang Fawzi Peraih Penjualan Terbanyak Album Preman, Mengantarkannya Keliling Eropa bersama Marissa Haque, Jackson Record

Entri Populer